KIP SEMESTER 2 KELAS X : Menangani kesalahpahaman Antar Budaya Dalam Dunia Hotel
A. kesalahpahaman Antar Budaya Dalam Dunia Hotel
Secara umum, komunikasi antar budaya dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi antara orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Sebagaimana bidang atau konteks komunikasi lainnya, proses komunkasi antarbudaya dapat berlangsung karena didukung oleh beberapa unsur komuniukasi antar budaya. Seperti manusia, pesan, saluran, umpan balik. Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia tidak dapat lagi mengelak
bahwa mereka mulai digiring untuk memasuki era globalisasi. Era globalisasi adalah
suatu era dimana terjadi peningkatan kebutuhan antara suatu bangsa terhadap bangsa
lainnya. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan tidak lagi cukup bagi manusia untuk
berkomunikasi dengan sesamanya yang memiliki latar belakang budaya yang sama.
Era globalisasi menuntut mereka untuk mulai melakukan komunikasi dengan manusia
lainnya dengan latar belakang budaya yang berbeda, atau dengan kata lain, secara
tidak langsung manusia dituntut untuk mulai melakukan komunikasi antarbudaya.
Komunikasi Antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang
„berbeda‟. Dua orang yang „berbeda‟ disini maksudnya adalah dua orang yang berasal
dari kebudayaan yang berbeda. Komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang
„berbeda‟ tidaklah semudah komunikasi dengan dua orang yang „serupa‟. Hal ini
dikarenakan dua orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda sering kali
membawa serta nilai asumsi, ekspektasi, kebiasaan verbal dan nonverbal, dan tata
cara berinteraksi yang sesuai dengan kebudayaan dari mana mereka berasal ketika
berkomunikasi. Perbedaan yang dibawa oleh masing-masing individu dalam
berkomunikasi inilah yang akhirnya sering kali memunculkan le malentendu, atau
kesalahpahaman.
Le Malentendu atau Kesalahpahaman
Di dalam suatu komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang
budaya sering kali terjadi kesalahpahaman. Kesalahpahaman merupakan
ketidaksimetrisan kenyataan mengenai siapa yang benar dan siapa yang salah.
Kesalahpahaman sendiri berasal dari permasalah penafsiran di dalam suatu proses
interaksi. Vladimir Jankélévitch dalam bukunya Le-je-ne-sais-quoi et le Presque-rien, La
Méconnaissance et le Malentendu, menyatakan bahwa sesungguhnya bentuk asli dari
kesalahpahaman adalah kekeliruan. Dan kekeliruan itu sendiri lahir dari sebuah
kesepahaman atas dasar ketidaksepahaman. Menurutnya, kesalahpahaman
merupakan bentuk kekeliruan yang sangat mendasar.Di dalam buku tersebut, ia juga menambahkan pernyatataan lain mengenai hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman, “On croit ce qu’on désire et l’on
entend ce qu’on croit”. Menurutnya, apa yang dipercaya oleh manusia adalah apa yang
memang ia sukai, dan apa yang ia dengar, adalah apa yang ia percayai. Di sini Vladimir
ingin mengatakan bahwa kesalahpahaman bukan hanya merupakan ketidakpahaman,
tetapi juga tidak langsung menyadari apa yang dimaksudkan si locuteur, atau paling
tidak berpura-pura tidak menyadari apa yang dimaksud oleh locuteur. Ia
mengimajinasikan pernyataan tersebut di dalam suatu komunikasi sebagai berikut :
“Di dalam suatu proses komunikasi, seseorang telah mengungkapkan apa yang ingin ia
katakan, dan lawan bicaranya telah memahami dengan sempurna apa-apa saja yang
memang harus dipahami dari apa yang telah dikatakan orang tersebut. Namun,
terkadang apa yang dikatakan lawan bicara kita tidak sesuai dengan apa yang kita
harap untuk mereka katakan, hingga hal-hal yang sebenarnya sangat ingin ia dengar
untuk keluar dari mulut lawan bicaranya menutupi hal-hal yang memang sebenarnya ia
dengar. Hal inilah yang akhirnya menghasilkan suatu ketidakjujuran.”
Komunikasi antarbudaya seringkali diwarnai oleh kesalahpahaman yang diakibatkan
oleh permasalahan bahasa, perbedaan cara berkomunikasi, dan perbedaan orientasi
nilai antarindividu dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kesalahpahaman
dalam komunikasi antarbudaya dapat pula bermula dari perilaku seseorang yang ketika
melakukan komunikasi antarbudaya tetap berpedoman pada norma yang berlaku di
dalam kebudayaan mereka sendiri. Dalam berkomunikasi antarbudaya, kita tidak dapat
menyamaratakan norma yang berlaku di dalam kebudayaan lawan bicara kita dengan
norma yang berlaku di dalam kebudayaan kita, karena norma yang berlaku di tiap
kebudayaan tidaklah selalu sama. Dan ketidaksamaan norma-norma kebudayaan
dalam mengelola suatu interaksi komunikatif tersebutlah yang mengakibatkan timbulnya
kesalahpahaman.Mengurangi Kesalahpahaman dalam Komunikasi Antarbudaya
Kesalahpahaman merupakan salah satu hal yang dapat menghambat terjadinya proses
komunikasi yang baik. Dalam komunikasi antarbudaya misalnya, berawal dari
kesalahpahaman yang terjadi antarindividu, dapat mengakibatkan terjadinya konflik
antarbudaya. Untuk itulah akan lebih baik bila tiap individu memahami bagaimana cara
mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi khususnya berkomunikasi
antarbudaya.
Ada beberapa aspek dalam komunikasi yang dapat mengakibatkan terjadinya
kesalahpahaman, misalnya saja aspek bahasa. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kesalahpahaman yang diakibatkan oleh bahasa, ketika melakukan komunikasi
antarbudaya, ada baiknya bila kita menggunakan bahasa yang umum, dan hindari
penggunaan bahasa eksklusif yang mungkin hanya dikenali kelompok tertentu. Aspek
lain yang seringkali mengakibatkan kesalahpahaman adalah aspek budaya. Perbedaan
budaya merupakan sumber kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya yang
sering kita temui. Untuk itu, dua individu beda budaya yang melakukan komunikasi
haruslah memiliki pandangan positif terhadap kebudayaan dan etnik lawan bicaranya.
Bahkan tiap individu diharapkan berpikiran terbuka dan memiliki pengetahuan
mengenai kebudayaan dan cara berkomunikasi lawan bicaranya.
Pada dasarnya, untuk dapat berkomunikasi dengan orang asing kita harus dapat
memahami bagaimana mereka ingin diperlakukan dan seperti apa mereka ingin dilihat.
Komentar
Posting Komentar